Yusni Sabi
Suatu ketika, seorang tamu menginap di rumah kami. Aku tak mengenalnya. Ia seumuran Bapak. Perawakannya pun sama: kurus, berambut ikal, tak pendek dan tak jangkung.
Seperti biasa, aku beserta abang-adikku diminta menyalami setiap tamu yang datang. Dengan senyum kemalu-maluan kami menyalaminya takzim, lalu berlari ke belakang dengan riuh.
"Itu teman Bapak dari Bugak, dekat Jangka, kampung nenekmu. Ia baru pulang dari Amerika. Sekolah ia di sana," Ibu yang sedang menyiapkan teh mengenalkannya pada kami.
Aku jadi penasaran. Kuberanikan diri menuju ruang tamu lagi. Mengintipnya pelan-pelan.
"Oh, begitu orang Amerika," gumamku.
Tak berhenti di situ, aku merengsek melalui pintu belakang. Begitu di luar, dengan kecepatan penuh aku berlari mengitari rumah menuju teras depan. Aku hendak melihatnya dari sisi lain. Mataku lalu tertuju pada sepasang sepatu kulit hitam mengkilap di pintu depan.
"Sepatu Amerika," ucapku lirih. Kekagumanku pada tamu istimewa itu bertambah.
Itu saja yang kuingat dari Prof. Yusni Sabi ketika aku kecil.
Belakangan, saat beranjak dewasa, kuketahui bahwa ia dulu kuliah di Universitas Temple. Letaknya di Philadelphia, kota yang akhirnya sempat juga kusinggahi. Besar kemungkinan, dari kota ini pula sepatu kulit hitam mengkilap itu berasal.
Ia adalah Guru Besar dan bekas rektor di IAIN Ar-Raniry. Di usianya yang semakin lanjut, aku kerap menjumpainya ikut berdiskusi di kampus Darussalam bersama anak-anak muda.
Seorang teman berkata bahwa jika Anda duduk bersama Prof. Yusni Sabi, maka yang paling kentara darinya adalah semangat positif dalam memandang segala hal. Agaknya, pengaruh baik pendidikan Amerika itu menetap pada dirinya.
Adapun bagiku, ia adalah sedikit dari generasi Bapak yang masih hidup. Melihatnya lagi membuka kenanganku pada semangat orang-orang tua kami di negeri Peusangan dulu, yaitu menjadi pembelajar sepanjang hayat. ***
Penulis: Arif Arham (https://www.facebook.com/arifarhamamin)
Yusni Sabi, Pembelajar Sepanjang Hayat
Reviewed by Presiden Kacho
on
20.51
Rating:
Tidak ada komentar: