CAFE MERCI
- PAGI HARI
{Arloji di
dinding Cafe Merci sudah menunjukkan jam 8:30 Pagi, beberapa orang terlihat
memasuki Cafe, beberapa lainnya keluar, suasana pagi ini memang agak dingin,
banyak orang masih berjaket. Cuaca di luar berawan tetapi tidak hujan, ini
sudah menjadi kehendak Alam bila di Jogja memasuki bulan Juli memang iklim nya
berubah ke dingin, bulan pergantian musim panas, hangat ke dingin. Di dalam
Cafe di salah satu deretan meja telah menunggu Andy dan Bedhoot ntah apa yang mereka bicarakan yang jelas
sesekali mereka terlihat tertawa (bukan terbahak-bahak) sambil menikmati kopi
pagi mereka. Berselang waktu kemudian tampak Rima dan Djodi memasuki Cafe
sebuah Tas punggung ukuran sedang di panggul Djodi, dihempaskan Tas tersebut di
samping Meja di mana Andy dan Bedhoot duduk di sana, Rima langsung menempati
salah satu kursi yang kosong di meja tersebut}
DJODI :Sorry kami
terlambat,...
RIMA :Ya,... kalian sudah lama
menunggu,..?!
BEDHOOT :Ah tidak juga paling baru (Bedhoot melihat ke arah Andy)
berapa lama Andy,..
ANDY :Ya nggak lama
baru satu jam (Tentu jawaban Andy bersifat sarkastis sambil berpura-pura
serius)
BEDHOOT :He he, (Bedhoot terkekeh) tentu tidak selama itu, tapi
benarnya kami sudah dari jam 7:45 pagi di sini dan itu berarti,...
ANDY :Kami sudah
menunggu kalian lebih kurang 45 menit, Pahaaammm (Sekarang Andy berpura-pura
marah)
DJODI :Hey hey hey.
Sorry kawan kami tidak bermaksud telat, tadi sepeda motor ban nya bocor. So
kami telat
RIMA :Iya benar,
so sekarang kami minta maaf secara terbuka dan akan kami muat permohonan maaf
kami ini seminggu di koran lokal dan nasional secara berturut-turut. Bagaimana
kalaian telah memaafkan kami,...?! (Rima tentu tidak bermaksud serius dengan
ide nya itu, sambil memanggil memanggil salah seorang pramusaji wanita)
{Kemudian
mereka tertawa bersama mengakhiri aksi theater mereka yang bertema ‘ Pertikaian
‘ tersebut}
PRAMUSAJI
WANITA :Mau pesan apa,...
RIMA :Aku segelas kopi aja Mbak,
kamu Djod,...
DJODI :Aku juga Mbak.
{Sementara
mereka saling ngobrol pramusaji wanita mendatangi mereka dengan 2 Cangkir kopi
panas}
DJODI :(Djodi menuangkan kopi ke Cawan tempat cangkir kopi itu
diletakkan, lalu Djodi meminum kopi dari cawan tersebut, semua melihat Aksi Djodi)
Hey hey apa ada yang salah dengan apa yang aku lakukan,..?!
{Semua
serta merta menjawab “tidaaak“ sambil menarik balik posisi badan setiap mereka
yang tadi condong ke depan saat sama-sama terfokus pada aktifitas Djodi}
DJODI :Hey
aku tak heran bila kalian memandang apa yang kulakukan Aneh, karena kalian tak
bisa mendapatkan cara seperti ini pada kehidupan moderen sekarang, ini metode
warisan nenek moyang kita dulu, he he he. So cara ini bisa menjadikan kopi
sepanas apapun bisa di minum langsung, cuma butuh sedikit tiupan saja saat
sebelum bibir kalian menyentuh pinggir cawannya (Djodi sambil memperaktekkan
semua caranya).
{Suara koor
“Oooooooooo“ begitu, setengah mencemooh}
DJODI :Kalian
lihat sekali lagi (Djodi menuangkan sisa Akhir kopinya ke dalam cawan,
langsung menegak dalam sekali minum) habis kan,... Aku tak merasa panas
sedikit pun di lidah ku.
RIMA :Ok,...ok sudah cukup Aksi
nya, sekarang boleh kita berangkat aku gak mau balik ke Jogya kemalaman
BEDHOOT :Ya sure kita berangkat sekarang, tapi bayarin kopinya dulu
dong,...?!
RIMA :Dasar pantengong (Sambil
mengeplak kepala Bedhoot, canda seperti ini sering mereka lakukan di kantin
kampus)
ANDY :(Andy
ikut-ikutan ngeplaak kepala Bedoot,..) Huuuuuuuuuu
DJODI :Well,...well.
Kali ini biar Aku yang bayar kalian hitung-hitung bisa jadi pahlawan kesiangan
kalian
{Koor
serempak “Huuuuuuuuu“, kali ini malah Djodi yang kebagian di kerumunin, semua
tangan ke kepala Djodi, Bedhoot malah lebih Gila, karena dia merasa paling
kecil di antara semua, bukan hanya tangan tetapi berusaha badan nya ingin
menindih Djodi}
DJODI :(Sambil
mencoba melepaskan Bedhoot di atasnya) Dhoot,...Gila kamu. (Lalu Djodi
menuju kasir, kemudian kembali lagi ke meja tempat semua duduk) Ok sudah
beres,...Ayo kita berangkat.
{Semua
meninggalkan Cafe Merci, sebelumnya mereka berterima kasih pada mas Kasim, bagi
mereka Mas Kasim sudah seperti kakak, lalu mereka keluar Cafe Merci. di luar
Cafe terlihat Djodi Memboncengi Rima sementara Andy memboncengi Bedhoot}
ANDY :(Andy
memimpin di depan) Let’s Go Man.
SEQUENCE 17
SEPANJANG
JALANAN MENUJU TUJUAN (MUNTILAN) - PAGI HARI
{Andy masih
terus memimpin di depan sebagai Navigator. 25 menit kemudian mereka tiba di
kota Muntilan, mereka membelokkan sepeda motor pada sebuah pertigaan ke arah
kanan. Pertigaan ini menghubungkan mereka dengan Desa yang mereka tuju. dari
pertigaan ini lebih kurang 25 menit lagi ke arah Timur. Sebenarnya jarak nya
lebih pendek dari Jogya-Mutilan, namun karena jalan di sini lebih kecil dan
banyak lubang, mau tak mau kecepatan laju mereka harus pelan bila ingin
selamat. tak lama kemudian Andy yang sedari tadi memimpin di depan membelokkan
Motornya ke sebuah bagunan Joglo di kiri jalan dan berhenti di sana}
SEQUENCE 18
HALAMAN BANGUNAN
JOGLO (DESA TURGO) - PAGI MENJELANG SIANG HARI
{Halaman
nya Cukup luas diperkirakan 3 Truk jenis Trontoon bisa parkir di sini
bersamaan, dua buah rumah Joglo terlihat berdiri berderet, terkesan seperti
menyatu namun sebenarnya ke dua joglo ini memiliki rangka sediri-sendiri. Di
sebelah kiri bagunan joglo tersebut berdiri sebuah rumah sekaligus berfungsi
sebagai kantor dengan model atap sama seperti Joglo juga cuma ukurannya lebih
kecil dari ke dua ukuran Joglo yang di jadikan tempat para pengrajin batu
memahat serta tempat meletakkan karya-karya patung mereka. Ada puluhan patung
jadi menepati ruangan joglo tersebut
Andy,
Bedhoot, Rima dan Djodi berjalan menuju bangunan Joglo di sana terlihat
beberapa pekerja. Andy bertanya pak Karyo pada salah satu pekerja, pekerja
tersebut menunjukkan ke sudut lain joglo di mana Pak Karyo terlihat sedang
memahat juga, sebelum Andy dan kawan-kawan menuju ke pak karyo, tak lupa
memperkenalkan Djody dan Rima pada beberapa pekerja yang terlihat di hari itu.
Pak Karyo adalah pemilik usaha Pahatan batu di sini, pak Karyo sudah tidak muda
lagi, namun di umur nya ke-67 ini dia masih terlihat kuat dengan pahat dan
martil di tangan kanannya. sebenarnya di desa ini bukan hanya Pak Karyo yang
memiliki usaha sejenis, namun ada banyak pemahat-pemahat lain bertebaran di
seantero Desa. Tetapi pak Karyo adalah orang Pertama sekaligus cikal bakal
dalam usaha Pahat batu di Desa Turgo ini, Pak Karyo dan karyanya sudah di kenal
sampai ke negara Manca. Dalam sebulan bisa sampai dua kali pengiriman ke luar
negeri, terutama Eropa. Pak Karyo sekilas terkesan cuek dan angkuh, namun dia
sebenarnya Orang yang baik dan bertanggung jawab, semua pekerja di tempat pak
karyo kesejahteraanya terjamin. Walau kadang mereka sering di repetin pak Karyo
terutama kesalahan dan ketidakrapian kerjaan mereka, namun semua pekerja di
sini sudah kebal dan sudah di anggap angin lalu, Toh kemarahan pak Karyo juga
untuk kebaikan mereka sendiri }
ANDY :(Memanggil
Pak Karyo) Permisi Pak,...
PAK KARYO :(Pak karyo
tidak menoleh, masih asyik dengan kerjaannya)
ANDY :(Andy mengulangi
lagi) Permisi Pak Karyo,...
PAK KARYO :(Pak karyo
menghentikan pukulan palunya, menoleh ke Arah datangnya suara)
ANDY :(Andy tidak
buang waktu lagi, Andy Langsung memperkenalkan Djodi dan Rima kepada Pak Karyo)
Pak ini teman saya, dari Jogya, ingin melihat-lihat karya bapak sekaligus ingin
bekeliling desa. Di kampus sedang Stress banyak tugas, kami se-Angkatan. Ini
Rima anak Sumatera dan ini Andy dari Kalimantan.
PAK KARYO : (Pak Karyo
masih terus memukul pahatnya, pandangannya sudah terarah ke Patung pahatannya
sambil terus memahat nya) ya silahkan di lihat-lihat aja dulu (Pandangannya
tetap pada patung pahatannya, berkata pada Andy) tolong kamu jamu tamu mu
Andy
ANDY :Iya Pak,
terimakasih
{Di sudut
lain bangunan itu Bedhoot sedang tertawa kiki- an sama beberapa pekerja ntah
apa yang di lakukan Bedhoot di sana}
ANDY :(Andy
Kemudian membawa Djodi dan Rima menjauh dari pak Karyo) Kalian Mo minum
dulu atau mau keliling dulu.
ANDY :Eh kalian jangan
ambil hati sikap Pak Karyo tadi, Pak karyo karakternya memang sedikit Aneh, ya
maklum aja, Seniman,...!!?
DJODI &
RIMA :Santai aja lah,...
ANDY :Ok,... kayak nya
kalian tak harus aku temani untuk berkeliling di semua sudut Joglo ini,
bukan,...?! nanti kalau kalian butuh aku, aku ada di rumah itu (Sambil
menunjuk ke arah Rumah). Selamat menikmati suasana di sini.
RIMA :Thanks
Andy.
{Lalu Rima
dan Djodi berkeling ke seluruh bangunan Joglo tersebut, mulai dari tempat
batu-batu besar di pecahkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Sampai bagaimana bongkahan batu-batu tersebut berubah menjadi patung anggun
seperti malaikat-malaikat rekaan serta beberapa bentuk makhluk gaib lainnya,
mereka tak habis-habisnya memuji pemahat-pemahat didikan Pak Karyo, kerjaan
mereka benar-benar halus rapi, sepintas seperti buka kerjaan tangan atau
dikerjakan secara tradisional. Namun kenyataannya memang dikerjakan dengan
tangan tidak terlihat mereka memakai alat-alat Modern di sana, kecuali pemotong
batu yang terbuat dari mesin. Setelah melihat-lihat semua proses produksi dan
post produksi, kali ini mereka di tempat meletakkan semua patung-patung jadi
siap di pack untuk di kirim kepada pemesan. Ketika satu persatu patung di sana
di lihat dengan penuh kekaguman, betapa terkejutnya Rima ketika matanya
menagkap ada satu objek patung, rasanya kok dia sudah pernah melihat rupa dari
Patung ini,..}
DJODI :(Djodi yang
melihat perubahan Rima bertanya) Ada apa Rim,...
RIMA :(Sambil menunjuk ke arah
patung) Djod Coba kamu lihat Patung itu, bukankah bentuknya sesuai dengan
gambaran wanita di lobby hotel saat kamu tunggu aku tempo hari,...?!
DJODI :(Lalu
mendekat ke arah patung melihat lebih dekat sambil kadang menyentuhnya, patung
berjubah panjang, mukanya tertutup dengan jubah pangjang pula, tak ada bahagian
tubuh yang terlihat, kecuali dua buah lobang untuk mata dan satunya untuk
hidung) Ya,...Aku kira memang seperti ini kira-kira bentuk yang digambarkan
oleh Wanita tersebut.
RIMA :Memang,...mereka memang tak
salah lagi, kalau kamu ingin tahu, sesungguhnya sosok ini juga yang aku lihat
dalam mimpiku. Cuma yang menjadi pertanyaan ku sekarang siapa yang memesan
patung ini,...!
DJODI :Sebaiknya hal
ini kita tanyakan sama pak Karyo.
RIMA :Ya benar, tetapi bagaimana
kalau melalui perantaraan Andy sama Bedhoot saja.
DJODI :Ok aku setuju, ayo kita temukan mereka.
{Mereka
kemudian meninggalkan tempat tersebut, lalu menuju rumah yang juga berfungsi
sebagai sebuah kantor tersebut, di rumah ada sebuah kamar sepertinya ini
sepecial bagi Andy dan Bedhoot, ada sebuah Monitor TV Camera sedang dinyalakan
pada fungsi VTR, sebuah sofa panjang dengan meja ukuran sedang, ketika mereka
dipersilahkan masuk Andy dan bedhoot sedang Play Back hasil Shootingan mereka}
ANDY &
BEDHOOT :Ayoo
Kawan silahkan Masuk, lihat hasil shootingan kami.
BEDHOOT :Oh iya nanti juga kami akan ajak kalian ke tempat penambang batu,
kebetulan di layar Monitor sedang ada picturasi para Penambang di Kali yang
menyerupai sebuah lembah ketimbang Kali.
ANDY :Hey,... hey,... sepertinya kalian sedang gelisah Ada apa,...ayoo
katakan
DJODI :Andy kami
melihat rupa sebuah patung dan patung tersebut mirip sekali dengan yang di
lihat Rima dalam terror mimpinya dan juga mirip dengan gambaran seorang wanita
tamu sebuah Hotel X di jogya.
RIMA :Andy bisakah kamu membantu menanyakan kepada Pak Karyo. Siapa
gerangan yang memesan Patung tersebut, mungkin ini bisa membantu pengungkapan
misteri yang sedang kami teliti.
ANDY :Ok, ayoo kita ke pak Karyo,...
RIMA :Sebaiknya kami tunggu di sini aja dulu sambil menenangkan diri
BEDHOOT :Aku Kok jadi penasaran pingin tahu sosok hantu tersebut, mungkin
kalian bisa tunjukkan dulu pada kami dulu sebelum kita tanyakan pak Karyo,...?!
DJODI :Ya
ide bagus Juga, ayoo kita sama-sama ke sana
{Mereka
semua berangkat ketempat Djodi dan Rima melihat Patung itu sebelumnya, namun
betapa mengherankan bagi Rima dan Djodi. Sosok patung aneh tersebut sudah tak
berada di sana lagi}
DJODI & RIMA :Patungnya menghilang,...!!!
RIMA :Tadi patungnya ada di sini
DJODI :Iya
(Djodi menimpali sambil berdiri di bekas patung tersebut sebelumnya)
patungnya tadi ada di sini.
ANDY :Heran
aku baru kali ini mendengar kejadian aneh di sini, tetapi untuk memastikan aku
akan menanyakan kepada pak Karyo dahulu, mungkin bisa saja ada yang memindahkannya
bila patung itu memang benar ada.
BEDHOOT :Ya benar atau bisa jadi itu tadi sekedar halusinasi kalian berdua
{Mereka
meninggalkan tempat tersebut, mengikuti Andy Dan Bedhoot, terlihat Andy &
Bedhoot bertanya-tanya pada sejumlah karyawan dan pemahat yang mereka temui tak
ada yang merasa melihat atau membuat patung seperti sosok yang di lihat oleh
Djodi dan Rima apalagi memindahkannya. Kemudian Pertanyaan terakhir adalah
kepada pak Karyo sekaligus untuk menjawab semua teka-teki tersebut. Namun jawaban
akhir yang mereka terima juga sama. Alhasil Djodi dan Rima sedang dipermainkan
oleh makhluk aneh tersebut. Ini bukan yang pertama bagi Djodi dan Rima so
mereka sudah tidak begitu shock lagi,...}
DJODI &
RIMA :Ya sudah
RIMA :Mungkin
Bedhoot benar, tadi itu hanya halusinasi kami belaka (Rima berkata seperti
itu karena dia tidak sedang ingin membuka debat tentang hal-hal gaib yang
menerornya, baginya cukup dia dan Djodi saja lah yang mengetahui duduk
perkaranya)
ANDY :Ok lupakan kejadian barusan, ayoo kita lahap sarapan Siang dulu,
setelah itu kami akan ajak kalian ke tempat penambang batu
BEDHOOT :Iya lapar niee (Sambil meremas-remas perutnya)
{Setelah
Mereka menyantap hidangan di rumah Pak Karyo, mereka istirahat di kamar Special
Andy dan Bedhoot. Kemudian mereka pergi ke Lokasi Penambang Batu}
Selanjutnya
Selanjutnya
The 13th Room, Bagian Kelima
Reviewed by Presiden Kacho
on
23.11
Rating:
Tidak ada komentar: