Betapa nyeri hati ini bila kelak, ketika kita menua, dan anak kita tumbuh dewasa, yang di dapatkan hikmah dari keberadaan kita tidak lebih sebagai financial support semata. Jangan memilih menjadi ATM untuk anak2 kita. Jadilah ayah, ibu yang sebenarnya. RH.Fitriadi.
Sedikit demi sedikit sering kali kita harus membuang ego lelaki kita untuk berusaha menjadi yang terbaik bagi keluarga.
Yah, mungkin semangat bersama ini yang harus coba terus kita bangun. Memilih tetap selingkaran, berdekatan, bercengkrama, walau dengan apa yang ada. Kita tidak tahu umur kita. Namun kerap prasangka kita melebihi jatah umur kita. Bagaimana kuliah anak saya, pernikahannya, blaa blaa blaaa.. kita takut mereka miskin dan sengsara. Namun di saat yang sama, kita tidak bisa mengidentifikasi masalah yang sedang mereka dapatkan hari ini. Konon bila mereka di bully hari ini di sekolah, kita tidak tahu. Atau anak kita tidak mau memberi tahu karena menganggap kita 'tidak' pantas mengetahui masalah pribadinya.
Saya punya teman kuliah, anak orang kaya. Terkenal di kota banda aceh. Ayahnya dokter spesialis. Kami sering bicara sekadarnya di ruang kuliah.
Anaknya klimis, tampan, flamboyan dan donjuan di masa mudanya
Pergi kuliah naik mobil mewah, sepatunya saya taksir ada di harga 4 jutaan di tahun 1999
Suatu hari dia kecelakaan, lalu saya mengunjunginya. Kakinya patah. Ketika saya kerumah, kami di persilahkan masuk oleh pembantunya
Rumahnya besar. Seperti rumah tuan thakur singh di film-film india. Ada foto keluarga ukuran 3x4 meter di dinding rumah
Nah, dirumah itu dia sedikit terkejut kami datang. Yah, sebenarnya saya agak malu juga berkunjung. Selop saya hanya lili harga 25 ribu. Baju, ah jangan di tanya. Saya sudah yatim di kala itu.
Namun ekspresi dia berbeda. Dia senang kami datang berkunjung. Dirumah itu dia sendirian, akunya. Ibunya sedang keluar rumah. Ayahnya sedang keluar kota.
Ada satu kata yang saya ingat dia ucapkan tanpa sadar ketika kami takjub dengan rumah besarnya
" Yah, saking besar rumah ini, saya sulit menemukan Kehadiran penghuni lain selain saya"
Ucapnya sembari tertawa
"Besar namun sepi"
Itu makna yang ingin dia ucapkan.
Sekarang, kami masih bertemu, sesekali.
Dia menjadi pemilik apotik besar di banda aceh anaknya sudah dua. Suatu malam menjelang maghrib, dia sedang duduk di depan apotiknya ketika saya muncul. Dia tertawa dan bercerita panjang lebar. Termasuk koleksi mobil 4wdnya yang terbaru
Dia memiliki koleksi 4wd super keren. Ada lintasan mobil khusus seluas 16 meter persegi di belakang rumahnya hanya utk tamuya saja.
Menjelang pulang, saya berseloroh. Bertanya
Kenapa tidak kamu ajak anakmu bermain 4wd bersamamu? Dia menjawab, biar dia bersama ibunya saja. Dia telah kubelikan mainan yang lain
Kita sering kali seperti itu
Apa yang kita alami di masa lalu, itu pula yang kita hadiahkan kepada anak anak kita
Ketika kita dihadiahkan sepi sendiri oleh orang tua kita dahulunya, walau kita tahu itu menyiksa,namun kita tanpa sadar melakukan yg sama kepada anak anak kita
Ketika kita sering di hadiahkan kemarahan oleh orangtua kita, tanpa segan kita memberikan yang sama kepada anak anak kita. Walau dulu kita membencinya
Pada akhirnya, saya sadar, bicara keluarga bukan soal rumah besar, mainan mahal, sepatu import,kendaraan mewah. Ada yang lebih urgen. Kehangatan, komunikasi, kedekatan secara personal dan emosional lebih penting daripada segalanya.
RH. Fitriadi
Penulis Novel, Bapak Rumah Tannga, tinggal di Lhokseumawe, Aceh.
Hadiah Sepi kepada Yang dikasihi
Reviewed by Presiden Kacho
on
17.24
Rating:
Tidak ada komentar: